TUGAS 5
Upaya Pemerintah Untuk Mengatasi Kemikinan
·
Kondisi Kemiskinan di
Indonesia
Secara
harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak
berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas,
kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara
individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap
timbulnya permasalahan sosial yanglain.Kemiskinan dipandang sebagai kondisi
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak
terpenuhi hak-hak dasarnyasecara layak untuk menempuh dan mengembangkan
kehidupan yangbermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami
hanyasebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhanhak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam
menjalani kehidupan secara bermartabat.
Hidup
miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangansandang, pangan,
dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber
daya dan aset produktif untuk memperolehkebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain:
ilmu pengetahuan, informasi,teknologi, dan modal.
Dari
berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk
kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tigapengertian, yaitu:
- Kemiskinan Absolut.
Seseorang
dikategorikan termasuk ke dalamgolongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhanhidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan,
danpendidikan.
- Kemiskinan Relatif.
Seseorang yang
tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan
tetapi masih beradadi bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
- Kemiskinan Kultural.
Kemiskinan ini
berkaitan erat dengan sikapseseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau
berusahamemperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari
pihak lain yang membantunya.
Keluarga miskin
adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya, dan mengarahkanproses yang mempengaruhi
kehidupannya. Ada
tiga potensi yang perludiamati dari keluarga miskin yaitu:
- Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkautingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuanmenjangkau perlindungan dasar.
- Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatanutama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidangkemasyarakatan.
- Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar danmempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.
Kemiskinan merupakan
masalah yang ditandai oleh berbagai halantara lain rendahnya kualitas hidup
penduduk, terbatasnya kecukupandan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu
layanan kesehatan,gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini
berbagaiupaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaankebutuhan
pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan
sebagainya.
·
Penanggulangan Masalah Kemiskinan
di Indonesia
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia
dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat acungan jempol atasberbagai
usaha yang telah dijalankan dalam membentuk strategipenanggulangan kemiskinan.
Hal
pertama yang dapat dilakukan olehpemerintahan baru adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan.
Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil
dalammengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan
tersebut.
- Peningkatan fasilitas jalan.
Di
Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaanmerupakan cara
yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalannasional dan jalan provinsi di Indonesia
relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada
dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima
persen dari populasi, yang berartisekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan
akses jalan untuk setahun penuh.
Menjalankan program skala besar untuk membangun jalanpedesaandan di
tingkat kabupaten.Program pembangunan jalan tersebut juga dapat
meningkatkanpenghasilan bagi masyarakat miskin dan mengurangi
pengeluaranmereka, disamping memberikan stimulasi pertumbuhan padaumumnya.
- Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dana
pembangunan harus ditargetkan pada daerah-daerah yangmempunyai kondisi buruk,
terutama dalam masalah kemiskinan.Peta lokasi kemiskinan, bersama dengan peta
kondisi jalan, dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah
tersebut.Masyarakat miskin setempat juga harus dilibatkan agar hasilnyadapat
sesuai dengan kebutuhan mereka, serta menjamintersedianya pemeliharaan secara
lebih baik.
- Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya.
Program
seperti ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyediakan fasilitas
jalan di pedesaan disamping sebagai bentuk perlindungan sosial. Untuk
daerah yang terisolir, program inibahkan dapat mengurangi biaya pembangunan.
- Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang belum menikmati tenaga listrik.
Hal
yang sama dapat terlihat pada penyediaan listrik. Saat inimasih ada sekitar
6000 desa, dengan populasi sekitar 90 juta orangbelum menikmati tenaga listrik.
Kompetisi pada sektor kelistrikan harus ditingkatkan dengan memperbolehkan
perusahaan penyedia jasa kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang
mereka hasilkan kepada PLN. Aksespada jaringan yang dimiliki PLN juga patut
dibuka dalam rangkameningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana pelaksanaan dengan lebih terinci atas dua skema subsidi yang ada sangatlah
diperlukan, untuk menjamin subsidi tersebut tidak menghambat penyediaan
listrik secara lebih luas.
- Peningkatan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi.
Hanya
kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesiayang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitaslimbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitaspengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada tahun
2002,pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasisebesar
1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air.Akibatnya, penduduk
miskin cenderung menggunakan air dari sungaiyang telah tercemar. Tempat tinggal
mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah.
Hal
ini membuat penduduk miskincenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak
produktif. Pada tahun2001, kerugian ekonomi yang timbul akibat masalah
sanitasidiperkirakan mencapai Rp 100.000,- per rumah tangga setiapbulannya. Untuk
mengatasi hal tersebut ada dua hal yang dapat dilakukan:
- Pada sisi permintaan, pemerintah dapat menjalankan kampanye publik secara nasional untuk meningkatkan kesadaran dalampenggunaan fasilitas sanitasi yang lebih baik.
Biaya
yangdiperlukan untuk kampanye tersebut tidaklah terlalu tinggi, sementara
menjanjikan hasil yang cukup baik.
- Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harusdiperbaiki.
Aspek terpenting
adalah membiayai investasi di bidangsanitasi yang akan terus meningkat. Dua
pilihan yang dapat dilakukan adalah:
a.
mengadakan kesepakatan nasional
untuk membahas masalah pembiayaan fasilitas sanitasi dan
b. mendorong pemerintah local untuk membangun fasilitas sanitasipada
tingkat daerah dan kota;
misalnya dengan menyediakan DAKuntuk pembiayaan sanitasi ataupun dengan menyusun standarpelayanan minimum.
- Penghapusan larangan impor beras
Larangan
impor beras yang diterapkan bukanlah merupakankebijakan yang tepat dalam
membantu petani, tetapi kebijakan yangmerugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukanmenunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang masuk dalam
kategorimiskin akibat dari kebijakan tersebut. Bahkan bantuan beras yangberasal
dari Program Pangan Dunia (World Food Program) tidak diperbolehkan masuk
ke Indonesia
karena tidak memiliki izin impor.Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
harga beras. Tetapiini hanya menguntungkan pihak yang memproduksi beras lebih
dariyang dikonsumsi, sementara 90 persen penduduk perkotaan dan 70persen
penduduk pedesaan mengkonsumsi lebih banyak beras dariyang mereka produksi.
Secara keseluruhan, 80 persen dari penduduk Indonesia menderita akibat proteksi
tersebut, sementara hanya 20persen yang menikmati manfaatnya. Bahkan manfaat
tersebut tidaklah sedemikian jelas.
Harga
beras di tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara
harga di tingkat pengecer naik cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa hanya
parapedagang yang menikmati manfaat kenaikan harga tersebut.Sementara itu,
dukungan dan bantuan bagi petani dapat dilakukandengan berbagai cara lain,
seperti penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan
serta penyediaan riset dalam bidang pertanian.Pengenaan bea masuk juga dapat
menjadi altenatif yang lebih baik daripada larangan impor.
- Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah
satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan
adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan
masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk meningkatkan
penghasilantersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan menengah,
perludibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak
prosesdesentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lombameningkatkan
pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang
lebih tinggi. Usahawan pada saat ini harusmengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk mengurus berbagai izinyang sebelumnya dapat mereka peroleh secara
cuma-cuma. Belumlagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan
untuk menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan
aman.Berbagai biaya ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat lokaldan
menurunkan harga jual yang diperoleh penduduk miskin atasbarang yang mereka
produksi.
- Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya
kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktorpenting untuk meningkatkan
investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka
akses penduduk miskinpada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat
kepemilikan mereka dapat meminjam uang,
menginvestasikannya danmendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas
mereka. Yang hanya 25 persen pemilik tanah di pedesaan yang memilikibukti legal
kepemilikan tanah mereka. Ini sangat jauh dari kondisi diCina dan Vietnam,
dimana sertifikat hak guna tanah dimiliki oleh hampir seluruh penduduk. Program
pemutihan sertifikat tanah di Indonesia
berjalan sangat lambat. Dengan program pemutihan yang sekarang ini dijalankan,
dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997, dibutuhkan waktu
seratus tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut. Disamping itu,
kepemilikan atas 64 persen tanah di Indonesia tidaklah dimungkinkan,
karena termasuk dalam klasifikasi area hutan. Walaupun
pada kenyataannya, di area tersebut terdapat lahan pertanian, pemukiman,
bahkan daerah perkotaan.
- Perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah menengah
Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalammeningkatkan partisipasi di
tingkat pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari
keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkanpendidikan dan terpaksa keluar dari
sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya (lihat gambar dibawah).
Hal
ini terkait erat denganmasalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu buruknya
kualitaspendidikan.
- Membangun lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin.
Sekitar
50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga
pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki
rekening tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerahpedesaan.
Solusinya bukanlah dengan memberikan pinjamanbersubsidi. Program pemberian
pinjaman bersubsidi tidak dapat dipungkiri telah memberi manfaat kepada
penerimannya.
Tetapi
program ini juga melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaanmikro (LPM) yang
beroperasi secara komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat
diandalkan untuk melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang
lebih tepat adalah memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari
bank-bank komersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
- Mengurangi tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan
Hampir
310 wanita di Indonesia
meninggal dunia pada setiap 10.000kelahiran hidup. Angka ini merupakan yang
tertinggi di AsiaTenggara. Tingkat kematian menjadi tinggi terkait dengan dua
sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering terlambat dalam mencaribantuan
medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang dibutuhkantersebut tidak
tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yangmelahirkan lebih memilih untuk
meminta bantuan bidan tradisionaldaripada fasilitas medis yang tersedia.
- Menyedian lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Kesenjangan
fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di Indonesia
mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah di daerah
termiskin.Akibatnya pemerintah daerah yang miskin sering tidak
dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik
dapat membantu masalah ini.
- Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin
serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakanbelum mencapai sasaran
dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintahIndonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun
untuk perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang
kesehatan danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati
olehpenduduk miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih
banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah
tanggamiskin hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras danRp 9.000
untuk minyak tanah setiap bulannya maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah
dengan baik dapat membantu masalah ini.
- Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin
serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakanbelum mencapai sasaran
dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintahIndonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun
untuk perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang
kesehatan danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati
olehpenduduk miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih
banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah
tanggamiskin hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras danRp 9.000
untuk minyak tanah setiap bulannya.
Sumber: publikasi.kominfo.go.id/bitstream/.../penanggulangan_KIB-II.pdf?.
wartawarga.gunadarma.ac.id/.../kebijakan-pemerintah-dalam-menang...
digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar